Dinda's Story Part 2

Kohati Semarang
0

 


Setelah tiga tahun berlalu, Mega akhirnya berhasil melenyapkan ingatannya tentang Rafa. Meskipun berat untuk diakui bahwa perasaan gersang tidak mampu untuk ditampiknya. Mega berusaha tegar meneruskan hidup. Entah bagaimana kabar Rafa setelah rencana pertemuan malam itu, Mega sedikitpun tidak ingin mencari tahu.

 

“Hei, Meg. Apa kau baik-baik saja? Sejak tadi kamu hanya melamun sambil mengaduk-ngaduk makananmu. Kalau kamu tidak berselera dengan makanan itu, bilang saja, tidak usah sungkan, aku akan menggantinya dengan menu yang lain,” cemas Ilham.

 

“Huh. . . Mega tidak apa-apa. Enak kok makanannya. Ini Mega makan,” balas Mega disertai cengiran khasnya.

 

“Aku sudah lama mengenalmu, Meg. Jadi, kamu tidak usah berbohong, karena sepintar apapun kamu menutupi sesuatu, aku tetap akan bisa mengetahuinya. Jadi, katakan apa masalahmu?”

 

“Ilham sok tahu,” sinis Mega.

 

“Aku akan mencoba membantu masalah kamu semampuku. Bukankah semua perkara akan lebih mudah terselesaikan ketika dipikir dengan banyak kepala?”

 

“Aku tahu masalah kamu apa, Meg. Kamu pasti masih memikirkan laki-laki itu.. Huft.. kapan kamu melihat ke arahku barang sedetik saja? Apakah kamu tidak melihat betapa aku mencintai kamu?” bisik Ilham dalam hatinya.

 

 

“Mega tidak apa-apa, Ilham. Sudah berapa kali Mega bilang seperti itu?”

 

“Oke-oke. Maaf kalau aku terlalu mencampuri urusanmu, Meg. Kamu terus semangat ya, kalau ada apa-apa bilang saja sama aku. Aku akan siap menolongmu.”

 

Ilham adalah sosok laki-laki yang selama satu tahun belakangan ini dekat dengan Mega. Mereka kenal karena bekerja pada satu perusahaan yang sama. Dari sana, ternyata Ilham diam-diam menaruh rasa kepada Mega. Meskipun demikian, eksistensi Ilham ternyata belum mampu menggantikan peran Rafa terutama dalam mengusir kegersangan hati Mega. Syukurlah, setidaknya dengan hadirnya Ilham, Mega menjadi semakin cepat melupakan Rafa.

 

***

 

Namun, apa yang terjadi ternyata tidak semudah apa yang Mega duga. Tiga tahun sejak kejadian malam di kafe, eksistensi Rafa ternyata tidak sepenuhnya menghilang. Wujud Rafa tiada, tetapi semangat dan penggalan-penggalan memori tentangnya selalu mengalir dalam sanubari Mega. Bertahun-tahun sudah Mega mencari cara untuk melenyapkan bayang Rafa dalam hidupnya, tetapi sepertinya semesta enggan berpihak kepadanya.

 

Baca Juga  Hadiah di Ulang Tahun Ka Marwah

“Mangga beli es dawet, Neng. Enak, murah, lima ribu udah bikin tenggorokan suweeger..” tawar seorang penjaja minuman kepada Mega.

 

“Aduh, maaf ya, Mas. Lain kali saja,” tolak Mega halus.

 

“owh, ya sudah.”

 

Lalu lalang kendaraan nampak di depan Mega. Kini, Mega tengah berada di samping jalan dekat jalan Simpang Lima Kota. Ia sedang menunggu kehadiran temannya untuk bertemu. Beberapa puluh menit berjalan tanpa kepastian. Teman yang Mega tunggu tidak kunjung datang. Akhirnya, Mega menyerah dan mulai melangkahkan kaki untuk pulang. Namun, alangkah terkejutnya Ia tatkala mendengar suara berdebum besar diiringi suara pekikan orang-orang di sekitarnya. Sebuah kerumunan di tengah jalan mulai semakin membesar. Mega menjadi semakin penasaran ada gerangan apa, sehingga membuat orang beramai-ramai berkumpul. Mega pun mendekat ke kerumunan itu.

 

Semakin dekat dengan lokasi kejadian, jejak kaki Mega kian membesar. Disertai rasa penasaran yang hebat, Mega menyibak lautan manusia. Dan alangkah terkejutnya ia. Orang yang selama ini berusaha Mega lupa, orang yang sempat mengisi hati Mega, orang yang menorehkan luka di hati Mega, kini berada di hadapan Mega. Naas, kondisinya sangat tragis. Mega pun tidak kuasa membendung rasa rindu, sedih, haru, sakit hati menjadi satu. Di satu sisi, Ia merasa senang karena dapat berjumpa kembali dengan sosok yang masih Ia cinta, tetapi di sisi lain Mega menyayangkan, kenapa harus berada dalam situasi yang memilukan.

 

“Din.. Dinn Dinda Megaa,” parau Rafa memanggil Mega.

 

 

Mega yang sebelumnya hanya termenung dalam keterkejutan, kini menatap Rafa lekat-lekat. Ia menghiraukan pandangan dan cuitan orang-orang disekelilingnya. Rafa kini nampak berbaring tidak berdaya di samping sebuah motor yang hampir tidak berbentuk.

 

Baca Juga  Mayday on Unexpected Day

“Akhirnya kita berjumpa kembali. Aku sangat merindukanmu, Dinda. Uhuk, huk” cakap Rafa dengan darah di sekujur tubuhnya.

 

“Maaf, aku belum sempat mewujudkan keinginan dan mimpi kita berdua. Huk, uhuk”

 

“Dinda tolong ikhlaskan aku karena aku tidak bisa membersamaimu. Aku punya tujuan atas tindakanku itu.” ucap Rafa seraya mengerluarkan sesuatu dari dalam saku bajunya.

 

“Ini untukmu. Sudah lama aku menyiapkannya tanpa tahu kapan bisa memberikan untukmu. Dan sekarang akhirnya aku bisa menyerahkannya,” sengal Rafa.

 

Seketika riuh orang-orang disekitar Mega mengudara. Mereka ikut hanyut dengan apa yang laki-laki sekarat lakukan di hadapan mereka.

 

Mega lalu menerima uluran tangan Rafa. Mega merasa terharu karena apa yang dahulu pernah menjadi bunga tidurnya, kini benar-benar menjadi nyata. Namun sayang, momen dan kondisi ini menghancurkan ekspektasi Mega. Jika ditanya, Mega malah akan memilih Rafa yang sehat lagi, Rafa yang tidak dengan kondisi seperti ini. Jujur, Mega menyesal karena dahulu tidak berusaha mencari keberadaan Rafa, dan sedemikian acuhnya Mega melenyapkan kenangan indah ketika bersamanya. Andai waktu bisa diputar, Mega sungguh sangat ingin masuk menyusurinya, memperbaiki apa yang telah terjadi diantara dia dengan Rafa.

 

***

 

Semburat jingga mulai menyelimuti langit angkasa, pertanda petang akan segera tiba. Sekawanan burung nampak berlalu lalang di atas pantai Karimunjawa. Nyiur pohon kelapa melambai-lambai berirama mengiringi tenggelamnya matahari senja. Tepat di atas bongkahan batu karang raksasa, ada perempuan yang tengah beradu dengan takdirnya. Berjuta gelisah tanda tanya memenuhi otaknya.

 

“Jadi, ini alasannya kenapa Rafa dahulu enggan berjanji kepada Mega?” hela Mega.

 

Perempuan dengan balutan scraf itu tengah menggenggam sebuah surat. Ia nampak berpikir keras mencari sebuah jawaban.  Iya, perempuan itu tidak lain adalah Mega. Mega dengan kepahitan masa lalu berusaha untuk berdamai dengan semua dan memaafkan kesalahan-kesalahan dirinya. Namun, rasa penyesalan kerap kali hadir tanpa undangan melingkupi hati Mega. Hati yang sebelumnya gersang, kini bertambah gersang karena sosok penyejuknya telah tiada. Pertanyaan kenapa dan kenapa tidak mau lepas dari benaknya. Mega benar-benar dirundung kecewa dan lara.

 

Baca Juga  Separuh Jiwa yang Baru

Sepucuk surat yang kini berada ditangan Mega adalah surat hasil pemberian Rafa tepat sebelum Ia tiada karena insiden di jalan beberapa bulan  silam. Dari surat itu, terkuaklah rahasia Rafa yang Mega tidak mengetahuinya. Selama ini, ternyata Mega salah persepsi tentang Rafa. Kejadian di Café klasik yang menjadi sumbu penyulut renggang hubungan mereka berdua ternyata tidak benar. Perempuan yang bersama Rafa adalah sepupu jauh Rafa dari Kanada namanya Elena. Sebenarnya Rafa juga baru mengetahui bahwa Ia masih mempunyai sepupu jauh karena orang tua Rafa pun tidak pernah membahas Elena.

 

Malam itu, Elena dengan segala budaya baratnya tiba-tiba melakukan tindakan kepada Rafa yang bagi masyarakat Indonesia kurang senonoh. Rafa tidak mampu berkutik akan tindakan tersebut, karena Elena melakukan hal itu tanpa sepengetahuan Rafa. Namun sayangnya, Mega melihat adegan tersebut dan langsung menarik kesimpulan tanpa bertanya kepada Rafa. Di titik itulah, Mega merasa sangat-sangat menyesal.

 

Apalagi persepsi tentang ketiadaan eksistensi Rafa ternyata tidak benar. Sebab, nyatanya Rafa selalu disamping Mega, hanya saja Mega tidak menyadarinya. Iya, Rafa selama ini selalu mengawasi Mega dari jarak yang jauh. Laiknya elang yang mengintai mangsanya, Rafa tidak pernah luput mengawasi Mega, mengamati gerak-gerik Mega, apa yang Mega lakukan dan sebagainya.

 

Namun apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Semesta pun sudah menunjukkan epilognya. Bersamaan dengan senja sore penutup bulan Juni, Mega hanya bisa berdo’a agar Rafa dapat tenang di pangkuan Tuhan. Mega dan segala kegersangan hatinya, semoga kuat menghadapi semua. Semoga saja.

 

The end. . .


Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top