Resesi
ekonomi pada tahun 2023 saat ini sedang ramai diperbincangkan dan dapat terjadi di negara manapun di
dunia, termasuk Indonesia. Resesi ekonomi merupakan kondisi saat perekonomian
negara tengah memburuk. Dikutip dari situs Otoritas Jasa Keuangan, resesi
terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat,
hingga pertumbuhan ekonomi riil
bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Prediksi
presiden Jokowi soal ekonomi Indonesia tahun 2023 akan gelap dan sulit. Sejumlah 19.600 orang setiap hari mati kelaparan
karena krisis pangan yang akan terjadi.
“Mengenai
resesi global, tahun ini sulit dan tahun depan sekali lagi saya sampaikan akan
gelap, dan kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sehat apa tidak, tidak bisa
dikalkulasi,” ucap Presiden Jokowi Jum’at (5/9).
Menteri
keuangan Sri Mulyani juga turut
mengatakan, “negara maju seperti AS dan Eropa yang
juga merupakan penggerak perekonomian dunia berpotensi mengalami resesi pada
2023," Jakarta, Kamis (29/9).
Bank
Dunia mencatat, resesi 2023 dipicu keadaan saat bank-bank sentral seluruh dunia
secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi. Negara-negara di dunia akan mengalami inflasi dengan presentase lebih
dari 94% negara dengan inflasi pangan lebih dari 5%.
Selain inflasi, adanya dampak dari covid-19 juga merupakan pemicu
terjadinya resesi global. Hal ini
dikarenakan saat pandemi perputaran perekonomian dunia berhenti, sehingga
berdampak hingga saat ini termasuk pada negara Amerika. Selain itu dampak dari
adanya perang Ukraina dengan Rusia juga memicu terjadinya resesi ekonomi 2023.
Hal ini karena kedua negara merupakan negara yang memiliki peran strategis
pada perdagangan global.
Negara Rusia merupakan negara eksportir kedua minyak mentah, negara ekspor
batu bara, negara ekspor
nomor satu di gandum dan nomor tujuh
dalam hal gas alam cair. Sedangkan negara Ukraina merupakan negara eksportir seed oil terbesar dunia. Selain itu, Ukraina juga sebagai eksportir keempat jagung di dunia, dan nomor lima gandum. Dengan adanya perang
kedua negara tersebut, dapat mengakibatkan tekanan inflasi
yang terjadi secara global.
Bank Dunia meramal perekonomian global akan melambat tajam pada tahun 2023.
“Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut
karena lebih banyak negara jatuh dalam resesi,” ujar presiden Grup Bank Dunia David Malpass pada Senin
(19/9).
Hal ini merupakan proyeksi dalam skenario terburuk. Kemudian pada tahun
2024, ekonomi dunia akan kembali menurun dari 1% menjadi 2%. Negara Indonesia sendiri merupakan
negara yang paling resilience
dibandingkan dengan negara lainnya hal ini dibuktikan dengan tingkat inflasi
per Agustus 2022 yang terjadi di Indonesia berada pada 4,69% yang tergolong
rendah di negara-negara ASEAN. Negara Indonesia berada dibawah negara Laos,
Myanmar, Thailand, Kamboja, Singapura dan Filipina. Berdasarkan data pada Bank
Indonesia ekonomi negara Indonesia pada triwulan kedua tahun 2022, pertumbuhan
ekonomi Indonesia mengalami kenaikan menjadi 5,44% yang sebelumnya pada
triwulan ke I tahun 2022 berada pada 5,01%.
Menurut Sri Mulyani, “Kita (Indonesia) relatif
dalam situasi yang masih cukup sehat dan aman dari ancaman resesi yakni sebesar
3%,” tegasnya dalam
konferensi pers di Nusa Dua, Rabu (13/7).
Sebelumnya, Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga
Hartarto mengatakan bahwa ekonomi indonesia akan mampu
menghadapi ancaman krisis ekonomi global. "Indonesia faktor eksternalnya masih sangat kuat, sehingga Indoneisa tidak termasuk
dalam negara yang rentan terhadap masalah keuangan," kata Menko
Airlangga. Jakarta, Selasa (11/10).
Negara Indonesia diprediksi mampu menghadapi
krisis resesi 2023, hal ini karena perekonomian negara Indonesia masih ditopang
dengan ekonomi domestik. Namun, kemungkinan permintaan komoditas pada 2023 akan
menurun dan mengalami perlambatan ekonomi, sehingga penerimaan negara akan
mengalami penurunan.
Ketika mendengar isu resesi 2023, kita jangan
panik ataupun ketakutan, akan tetapi harus bisa mengendalikan diri dan tetap
tenang. Ramalan resesi tersebut masih diduga-duga dan belum kejadian. Sehingga
lebih baik kita mulai mengaatur strategi untuk menghadapi resesi dan waspada
jika hal tersebut benar-benar terjadi. Berikut beberapa strategi yang bisa kita
pakai untuk melawan resesi :
1.
Memiliki asset liquid
Memiliki asset liquid yang siap kita gunakan secara tiba-tiba. Kita juga
bisa menukarkan asset kita yang awalnya
illiquid menjadi asset liquid
dengan tingkat resiko yang lebih rendah agar kita dapat menggunakan asset
tersebut tanpa mengalami penurunan nilai saat digunakan, contohnya menyimpan
dana pada cash/RDPU/RDPT.
2.
Rencanakan hutang
Merencanakan tingkat Hutang yang akan kita lakukan
bisa menjadi salah satu solusi yang baik dalam menghadapi resesi di 2023. Hal
ini dikarenakan ketika suku bunga naik maka semua cicilan akan
terkena dampaknya yang dapat mempersulit keadaan ekonomi kita kemudian hari.
3. Persiapkan dana darurat
Dalam
mengalami krisis ini nantinya kita bisa mulai mempersiapkan dana darurat yang
lebih banyak dibandingkan sebelumnya, hal ini dapat mengantisipasi saat ada
kebutuhan mendadak dan sedang terjadi krisis ekonomi.
4. Mencari peluang bisnis
Mencari
peluang bisnis yang sesuai dan akan naik ketika terjadi resesi juga bisa
dilakuka untuk membantu kita dalam menghadapi krisis resesi 2023, meskipun
perekonomian dunia akan mengalami krisis akan selalu ada sektor yang mengalami
kenaikan, seperti contohnya pada saat pandemi covid-19 untuk sektor kesehatan
mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan sektor lainnya.
5. Lakukan investasi
Kita
juga bisa melakukan investasi saham dengan analisis yang baik dan benar.
Tujuannya agar dana yang kita investasikan berada pada sektor yang benar dan
bisa mendapatkan keuntungan untuk kita.
6. Mencari alternatif penghasilan
Selain itu kita dapat mencari alternatif penghasilan tambahan diluar gaji pokok, hal ini dapat menjadi alternatif agar kita mendapat penghasilan lebih diluar gaji pokok dan memiliki tambahan penghasilan.
* Oleh: Ayunda Nikmah (Wasekum Bidang Internal Kohati
Cabang Semarang)