Tanggal 17 September menjadi hari sakral bagi kader HMI, terkhusus HMI-Wati. Badan semi-otonom dengan spesialisasi membina anggota HMI-Wati untuk menjadi muslimah yang berkualitas insan cita resmi dibentuk atas perjuangan Maesaroh Hilal dan Siti Zaenah beserta teman-temannya. Sesuai dengan apa yang tercantum di Pedoman Dasar Kohati (PDK), pembentukan Kohati adalah semata-mata untuk membantu mewujudkan tujuan HMI, “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT., atau yang biasa dikenal dengan kualitas insan cita. Namun, karena melihat Kohati (Korps HMI-Wati) adalah organisasi sebagai wadah para kader perempuan di HMI, maka sesuai dengan yang resmi ditetapkan dalam Musyawarah Kohati, tujuan Kohati adalah “Terbinanya muslimah berkualitas insan cita”.
Sebab Kohati bersifat badan otonom, maka Kohati dipandang sebagai Bidang
Pemberdayaan Perempuan, yang kedudukannya sejajar dengan bidang-bidang lain di
HMI yang setingkat. Namun di eksternal Kohati, Kohati dianggap sebagai
organisasi mahasiswi yang memiliki atribut organisasi yang digunakan untuk
melaksanakan aktifitas ekstra HMI guna memperjuangkan misinya. Jauh sebelum
Kohati telah ada organisasi perempuan yaitu Gerwani yang berada dalam kekuasaan
komunis. Selain itu pada saat itu sedang marak-maraknya juga munculnya
organisasi-organisasi perempuan. Maka tidak ada salahnya jika HMI pada waktu
itu menyetujui terbentuknya Kohati. Lalu jika Kohati dulunya diperjuangkan
untuk didirikan, bagaimana dengan tanggapan orang yang menyatakan bahwa saat
ini Kohati lebih baik dibubarkan?
Lantaran isu pembubaran Kohati tersebut, beberapa hari terakhir saya
sengaja melakukan wawancara tidak terstruktur kepada beberapa kader HMI,
terutama kaum laki-laki. Terkait dibubarkan atau ditegakkannya Kohati, informan
pertama menyatakan Kohati lebih baik tetap ditegakkan dengan argumen memang
harus ada agenda-agenda khusus untuk perempuan. Awalnya saya agak tercengang
oleh jawaban kanda tersebut. Ternyata argumen seperti itu bukan hanya sebagai
bahan bantahan Kohati untuk tetap menegakkan Kohati, kader lelaki pun merasa
demikian.
Lanjut kepada informan setelahnya, berpendapat bahwa ada atau tidaknya
Kohati sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Yang dipermasalahkan harusnya
jika sampai saat ini masih ada kader Kohati yang tidak bisa menjawab ketika
ditanya apa tujuan dibentuknya Kohati, atau hal-hal yang sejenisnya. Hal
demikian adalah kritik keras untuk kita, kader Kohati. Informan lain juga
menyatakan hal yang sama dengan alasan yang sedikit berbeda, yaitu Kohati
seharusnya memang harus memperbanyak peran, supaya berdirinya Kohati tidak
hanya sebagai formalitas saja.
Jika masih saja ada mengutarakankan bahwa Kohati itu harus dibubarkan, maka
sah-sah saja bila menggunakan argumen seperti yang termaktub dalam hadis hasan
yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صلى الله عليه وسلم-مِنْ حُسْنِ إسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا
يَعْنِيْهِ
“Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra., ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda,
‘Termasuk baik Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat
baginya.’”
Namun sejauh ini Kohati dirasa tidak membawa madharat sama sekali, terlebih
bagi HMI. Bagaimana mungkin adanya Kohati malah mendikotomi pergerakan HMI.
Yang ada ketika Kohati terlihat aktif, HMI juga secara tidak langsung turut
andil di dalamnya. Meski dalam realita yang ada, saat ini HMI dipandang
mengalami penurunan dalam semangat perjuangan, sehingga ketika ada organisasi
semi-otonomnya lebih aktif, apakah harus dipermasalahkan? Harusnya hal tersebut
bisa dijadikan sebagai ajang sindiran Kohati kepada HMI yang dirasa tidak ada
pergerakan, atau bisa juga sebagai penyemangat para fungsionaris HMI.
Jika agenda Kohati terkesan terlalu berlebihan, dalam artian mengambil alih
peran HMI, maka seharusnya adu argumenlah yang semestinya dikeluarkan
untuk melihat seberapa rasionalnya pembelaan dari kedua belah pihak.
Terlebih ketika ada yang mengatakan terbentuknya Kohati hanya kerena kader
HMI-wati tidak mampu bersaing dalam perpolitikan di HMI. Apakah perlu
disalahkan pula ketika saat ini ketua umum di komisariat, Korkom, ataupun
cabang adalah seorang perempuan? Padahal ia sudah punya wadah tersendiri. Jika
demikian, itu berarti hanyalah pemikiran “kerdil” sebagian orang saja.
Sesuatu yang sudah ada dan diperjuangkan dalam pembentukannya, harusnya
sama-sama kita perjuangkan. Jangan ada yang merasa dirugikan, sehingga berujung
melemahkan bagian dari diri sendiri. Sekali lagi saya paparkan, bahwa Kohati
dibentuk untuk membantu mewujudkan tujuan HMI. Jadi, apa salahnya jika kita
fokus kepada tugas yang kita emban masing-masing dan saling bersinergi dengan
sesama kader HMI. Masalah pembubaran Kohati, saya mewakili kader Kohati
meyatakan “bubarkan saja Kohati!”, jika Kohati dirasa hanya menjadi beban dan
membawa madharat besar. Namun selama Kohati masih bisa dibawa ke arah
perjuangan untuk umat dan bangsa terkhusus perempuan dan anak, mari kita
sama-sama perjuangkan.
Sebagai bentuk refleksi kader Kohati di ulang tahunnya yang ke-55, maka
saya hendak mengingatkan, bahwa Kohati memiliki banyak tuntutan yang harus
direalisasikan. Di antaranya menjadi generasi yang berpendidikan tinggi
sehingga diharapkan memiliki kualitas yang cukup untuk mengajarkan kepada
generasi selanjutnya. Karena perempuan adalah madrasah pertama untuk
anak-anaknya, maka sudah sepantasnya bila Kohati harus tetap eksis, sehingga
mampu mewujudkan tujuan HMI dan menghapus penindasan intelektual yang menjadi
mars Badan Pengelola Latihan demi tercapainya masa depan Islam yang gemilang.
Selain itu, satu hal penting bagi gerakan Kohati, mendatang adalah nilai
yang menjadi fondasi dasar dari setiap gerakannya, ideologi. Ideologi, mungkin
membutuhkan re-empowering untuk dapat menggerakan niat dan semangat Kohati.
Niat baik akan baik juga hasilnya jika dilaksanakan dengan cara yang baik dan
benar (tepat). Bagi gerakan Kohati, ilmu tentang sebuah cara dalam menjalankan
ide sangat penting. Sebab dengan itulah tingkat keberhasilan sebuah gerakan
dapat diukur dan dievaluasi.
Gerakan Kohati pun harus memuat tiga hal pokok, pendidikan, empowering, dan
advokasi. Tiga hal pokok tersebut harus terjangkau dalam satu jenis atau bentuk
program kerja Kohati. Di usia yang telah setengah abad lebih ini, ingatlah
wahai Kanda-Kanda yang menjadi pendidik tunas muda pada sebuah tujuan mulia
HMI. Jangan kau kotori dengan argumen-argumen pesimistis dan kesombonganmu
dalam berjuang. Wa Allahu a’lam bi al-shawab.
Oleh: Indah Nur Fadlillah, Ketua Umum Korps HMI-Wati Korkom Walisongo
Semarang 2011-2022, Kabid Internal Kohati HMI Cabang Semarang 2022-2023.